October 17, 2008

nunggu jumatan

baru saja turun tugas untuk rapat ke Ditjen Migas untuk masalah Inspeksi Teknis, mudah-mudahan bukan rapat "berdarah-darah" OK Sambil nunggu jumatan karena kerjaan sudah kelar.. biar waktu tak terbuang, saya coba untuk "Belajar" dengan meng-click salah satu link ke blok salah satu putra bangsa yang berkiprah di markas OPEC di Wina, berikut isinya : (sumber "Blog Ekonomi Migas")

Harga Minyak & Main Yo-Yo

Harga minyak bulan ini cenderung terus merosot tajam, setelah sempat ke level 140 - 150 $/Bbl bulan Juli, ternyata dalam waktu 2 bulan (sempat) jatuh ke level dibawah 80 $/bbl.Saya masih ingat ketika harga minyak terus meningkat dari 100 $/bbl pada awal tahun 2008, semua orang sibuk memperkirakan harga minyak akan segera menjadi 200 $/bbl, bahkan ada sebuah majalah di amrik sana yang menulis, harga minyak akan mencapai 500 $/bbl tahun depan!!Saya dari dulu tidak pernah tertarik meramal harga minyak, karena semakin ditebak, semakin bingung kita. Kalau kita (kebetulan) benar, kita akan bilang: “dari dulu gua bilang apa”.., ketika tebakan salah?, kita akan sibuk ngeles he he.Ada dua hal disini yang cukup penting untuk kita pahami, pertama urusan “supply vs. demand”, kedua urusan “harga minyak”. Dari buku textbook, kita tahu kalau keduanya akan saling mempengaruhi. Apa yang bisa dilakukan oleh para pengamat perminyakan sebenarnya terbatas pada perkiraan supply vs demand, untuk urusan ini, tidak diragukan lagi kemampuan para analis tersebut, level ilmunya relatif samalah, paling paling hasilnya ada perbedaan sedikit diantara para analis/pengamat tersebut. Namun demikian, supply vs. demand assessment tidak langsung merefleksikan harga minyak, karena kita tahu ternyata banyak sekali faktor lain yang berpengaruh diluar itu, sebut saja: “supply vs. demand” untuk minyak bohong2 an alias minyak kertas alias paper market, persediaan minyak di tangki penyimpan, spare capacity, geopolitik, nilai tukar dan persepsi. Bagaimana dengan economic growth? Sebenarnya faktor ini sudah diperhitungkan pada saat melakukan “supply vs. demand” assessment.Dengan adanya krisis ekonomi dan resesi dunia didepan mata, semua orang sibuk merevisi kembali perkiraan “supply vs. demand” ini, Goldman Sachs baru saja bilang, harga minyak bisa ke level 50 – 75 $/bbl, padahal seinget saya baru kemaren2, analis-nya bilang, harga minyak akan segera ke 200 $/bbl.Apa yang harus kita petik dari fenomena harga minyak ini adalah bahwa kita harus punya longterm strategi untuk pengelolaan energi yang baik, saya percaya Prof Widjajono Partowidagdo yang berhasil terpilih menjadi anggota DEN (Dewan Energi Nasional), mudah2 an dapat memberi sumbang saran yang dapat didengar oleh pucuk pimpinan bangsa ini.Harga minyak yang terus turun ini harus kita waspadai, bukan berarti kesempatan untuk menjadi boros energi, kalau ini yang terjadi, musibah lebih besar akan terjadi bagi bangsa kita. Sahabat saya, seorang analis yang malang melintang di dunia perminyakan mengibaratkan, harga minyak ini seperti halnya main yo-yo, semakin kencang anda lempar kebawah, semakin kencang dia akan mantul keatas. Tinggal masalah waktu saja kapan dia mantulnya, dan mudah2 an kita tidak terkaget kaget lagi, ibarat yo-yo tadi, kalau mantulnya kenceng, kena muka lagi, waduh..bakalan berabe..!

pesan saya : donot panic keep calm....ndak usah buru-buru minta turunin harga bbm ..

1 comment:

  1. Good sharing Nov....
    Saya sangat setuju kalau supply vs demand harus di manage dengan baik. Apakah jangka pendek, menengah dan panjang.Karena pada saat ini seluruh kegiatan sangat bergantung dengan bahan bakar minyak.
    Tetapi pada saat ini pertanyaannya adalah kenapa supply vs demand terjadi ketidak seimbangan yang sangat besar sehingga memicu naiknya harga minyak yang luar biasa.
    Saya pernah mendapat e-mail bahwa ini adalah suatu taktik yang diterapkan oleh negara-negara penghasil minyak untuk menghancurkan perekonomian Amerika.
    Dengan hancurnya nilai tukar dollar maka dunia tidak tertarik lagi bertransaksi menggunakan mata uang dollar sehingga akan beralih ke Euro. Sehingga Amerika tidak akan bisa lagi menguasai perekonomian dunia dengan tidak bertransaksinya menggunakan Euro.
    Dan dulunya adalah usulan Alm. Saddam Husein yang membuat Amerika sangat marah besar.

    Benarkah semua itu??? yang penting adalah bagaimana kita menyikapi dampak itu semua.

    Salam

    Mon Afrizal

    ReplyDelete